PIERRE BOURDIEU DAN KONSEP HABITUS BARU
Oleh : Ignas Kleden
Bourdieu dikenal pertama-tama sebagai seorang sosiolog yang mencoba menyelesaikan ketegangan yang ada dalam marxisme ortodoks antara basis dan super-struktur atau antara ekonomi dan kebudayaan. Dalam pandangan Bourdieu ilmu ekonomi selama ini membatasi dirinya hanya pada produksi serta pertukaran barang dan jasa. Di lain pihak kebudayaan hanya berurusan dengan nilai-nilai. Menurut Bourdieu pandangan itu harus diubah secara radikal, karena produksi dan pertukaran terjadi bukan hanya pada barang dan jasa tetapi juga pada bidang kebudayaan dan bidang sosial.
Konsepnya tentang modal atau kapital sudah menunjukkan hal ini. Bourdieu membedakan berbagai macam kapital.
- Modal ekonomi berupa segala sesuatu yang dengan mudah dapat dikonversikan menjadi uang;
- Modal kultural berupa penguasaan informasi dalam segala bentuknya;
- Modal sosial berupa semua sumberdaya yang didasarkan pada hubungan sosial dan keanggotaan dalam suatu kelompok;
- Modal simbolik yaitu status yang diberikan kepada setiap modal tersebut apabila telah mendapat pengakuan dan penerimaan oleh publik
Dengan demikian dalam suatu masyarakat kapitalis yang sangat menghargai uang maka orang yang bermodal mempunyai keuntungan simbolik (symbolic profit) yang tinggi. Sebaliknya di kalang-an para aktifis LSM seorang yang mem-punyai modal sosial mendapatkan keuntungan simbolik yang lebih banyak, karena yang dibutuhkan dalam kalangan ini adalah jaringan (networking) yang luas. Atau dalam kalangan akademisi atau inteligens orang yang mempunyai banyak pengetahuan atau informasi dianggap memiliki keuntungan simbolik yang tinggi.
Dengan demikian segala kategori yang ada dalam ekonomi berlaku juga dalam bidang kebudayaan dan bidang sosial. Jadi ada pasar budaya (cultural market) dan pasar sosial (social market) yang dinamikanya tidak banyak berbeda dari pasar barang dan jasa. Demikian pun produksi dan pertukaran tidak hanya berlaku pada barang dan jasa tetapi juga dalam kebudayaan dan bidang sosial. Jadi ada pertukaran budaya (cultural exchange) dan ada pertukaran sosial (social exchange) dan ada pula pertukaran sosial dan produksi sosial. Bab pertama dari sebuah bukunya diberi judul "The Field of Cultural Production or: The Economic World Reversed".
Dalam ekonomi sebagaimana yang digagas oleh Bourdieu market atau field memainkan peranan yang amat penting. Karena suatu market atau field adalah suatu ruang terstruktur yang memuat di dalamnya berbagai posisi, di mana posisi-posisi itu dan interelasinya ditentukan oleh distribusi berbagai kapital. Tingkah laku seseorang atau sekelompok orang merupakan hasil hubungan saling pengaruh di antara field atau market dengan habitus. Karena itu juga suatu field selalu menjadi medan untuk persaingan. Tanggapan dan sikap terhadap persaingan itu sangat tergantung pada habitus seseorang.
Pengertian habitus sendiri sebagaimana digagaskan oleh Bourdieu penuh dengan sofistikasi dan distingsi, dan tidak selalu dapat disederhanakan dengan mudah. Untuk memudahkan uraian sebaiknya dikutip konsep Bourdieu sendiri. Habitus adalah :
systems of durable, transposable dispositions, structured structures predisposed to function as structuring structures, that is, as principles which generate and organize practices and reperesentations that can be objectively adapted to their outcomes without presposing a concious aiming at ends or an express mastery of the operations necessary in order to attain them. Objectively 'regulated' and 'regular' without being in any way the product of obedience to rules, they can be collectively orchestrated without being the product of the organizing action of a conductor.
- Habitus adalah sistim atau perangkat disposisi yang bertahan lama dan diperoleh melalui latihan berulang kali (inculcation).
- Dia lahir dari kondisi sosial tertentu dan karena itu menjadi struktur yang sudah diberi bentuk terlebih dahulu oleh kondisi sosial di mana dia diproduksikan (structured structures).
- akan tetapi disposisi yang terstuktur ini sekaligus berfungsi sebagai kerangka yang melahirkan dan memberi bentuk kepada persepsi, representasi dan tindakan seseorang dan karena itu menjadi structuring structures.
- sekalipun habitus lahir dalam kondisi sosial tertentu dia bisa dialihkan ke kondisi sosial yang lain dan karena itu bersifat transposable.
- habitus bersifat pra-sadar (pre-conscious) karena ia tidak merupakan hasil dari refleksi atau pertimbangan rasional. Dia lebih merupakan spontanitas yang tidak disadari dan tidak dikehendaki dengan sengaja, tetapi juga bukanlah suatu gerakan mekanistis yang tanpa latar belakang sejarah sama sekali.
- bersifat teratur dan berpola tetapi bukan merupakan ketundukan kepada peraturan-peraturan tertentu. Habitus tidak merupakan a state of mind tetapi a state of body dan menjadi the site of incorporated history.
- habitus dapat terarah kepada tujuan dan hasil tindakan tertentu tetapi tanpa ada maksud secara sadar untuk mencapai hasil-hasil tersebut dan juga tanpa penguasaan kepandaian yang bersifat khusus untuk mencapainya
Pertanyaan yang menarik adalah apa bedanya habitus dengan apa yang sebe-lum Bourdieu dikenal sebagai pola-pola budaya (cultural patterns)?
Perbedaan utama ialah bahwa dalam pan-dangan antropologi budaya, kebudayaan sudah diterima sebagai given sedangkan dalam habitus sangat ditekankan proses pementukannya melalui latihan berulang kali (inculcation). Demikian pula kebudayaan selalu mengandung nilai yang nor-matif, sedangkan habitus lebih merupa-kan kecenderungan dalam badan kepada untuk melakukan persepsi dan tindakan tertentu, tanpa kaitan langsung dengan norma-norma yang disadari, tetapi juga bukan suatu tindakan mekanis tanpa la-tar belakang sejarah sama sekali.
Perbedaan utama ialah bahwa dalam pan-dangan antropologi budaya, kebudayaan sudah diterima sebagai given sedangkan dalam habitus sangat ditekankan proses pementukannya melalui latihan berulang kali (inculcation). Demikian pula kebudayaan selalu mengandung nilai yang nor-matif, sedangkan habitus lebih merupa-kan kecenderungan dalam badan kepada untuk melakukan persepsi dan tindakan tertentu, tanpa kaitan langsung dengan norma-norma yang disadari, tetapi juga bukan suatu tindakan mekanis tanpa la-tar belakang sejarah sama sekali.
PERTIMBANGAN KRITIS TENTANG KONSEP HABITUS
Kalau habitus hendak diterapkan dalam kehidupan rohani, maka gagasan ini menawarkan beberapa keunggulan sekaligus keterbatasannya. Beberapa segi keunggulannya adalah:
- habitus terbentuk melalui latihan terus menerus dan terbentuk dalam konteks sosial yang konkrit yang dalam kasus kita berarti terbentuk dalam umat basis yang menjadi lingkungan yang terdekat
- habitus menolak sikap yang mekanistis, jadi harus ada suatu latar belakang sejarah dan pendidikan yang menjadi dasarnya;
- habitus menunjuk suatu tingkat internalisasi yang sangat mendalam karena ia merupakan sejarah yang sudah membadan (embodied history), jadi sangat cocok dengan konsep inkarnasi dalam teologi Kristen;
- dia juga transposable yaitu dapat dialihtempatkan, jadi kebiasaan yang terbentuk dalam kehidupan rohani seseorang dapat ditransfer juga ke kehidupan sosial, tanpa rujukan langsung ke norma-norma keagamaan yang menjadi dasarnya; sifat ini sesuai dengan sekularisasi iman ke dalam bidang-bidang sosial politik atau bidang pendidikan misalnya.
- demikian pula habitus bersifat generative yang berarti kebiasaan yang sudah terbentuk tidak bersifat statis tetapi cenderung menghasilkan persepsi dan tindakan-tindakan tertentu.
Sekalipun demikian keunggulan sifat-sifat habitus ini juga akan menyebabkan keterbatasannya dalam penerapan. Salah satu kelemahan habitus yang pokok pada hemat saya ialah bahwa ia tidak bersifat reflektif (sekalipun juga tidak mekanis), sementara kehidupan rohani menuntut refleksi terus menerus dengan rujukan yang sadar kepada nilai-nilai dan motivasi yang melandasi suatu tindakan. Kekurangan ini dapat diatas kalau momen refleksi itu kembali dimasukkan ke dalam habitus, agar supaya persepsi dan praktek yang didorong oleh habitus dapat memperoleh maknanya kembali.
SUMBER:
KUMPULAN MAKALAH
DAN BACAAN PELENGKAP
SAGKI 2005
KUMPULAN MAKALAH
DAN BACAAN PELENGKAP
SAGKI 2005

0 Comments:
Post a Comment
<< Home